Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Wednesday, January 23, 2013


Self-Confidence

Definition Self-confidence is a mental or psychological condition of a person who gives a strong confidence in him to do or perform any act. People who do not believe in themselves have a negative self-concept, lack of confidence in his ability, because it is often kept to them. Self confidence is a mental or psychological condition, which individuals can evaluate the entirety of her strong belief in giving him the ability to take action in achieving various goals in life. People who have good self-confidence, they have positive feelings toward themselves, have strong beliefs on him and had accurate knowledge of the capabilities. People who have good self-confidence are not the only person who feels capable of (but not really afford) but is a person who knows that he can be caused by experience and calculation that he did. Synonyms: aplomb, inner strength, positive self-image, self-assurance Personality traits of people with low self-confidence When this is linked to the practice of everyday life, people who have low self-confidence or have lost confidence, tend to feel / be as below: • Do not have anything (desires, goals, targets) which fought energetically • Do not have a decision to step decisive • Easily frustrated or give up when faced with a problem or difficulty • Less motivated to go forward, laziness or half and half • Often fails to accomplish its tasks or responsibilities • Awkward in dealing with people • Can not demonstrate the ability to speak and the ability to listen to a convincing • Often have unrealistic expectations • Too perfectionist • Too sensitive Help: low self-confindence Counselling, life coaching, and hypnotherapy are common therapies used to help improve self-confidence

Sunday, January 20, 2013

peran BK



Dipublikasikan Oleh Moh Syafiruddin on Nov 25, 2011 | Tinggalkan Komentar
Dalam setiap bidang ilmu pengetahuan masing masing memiliki pakar atau ahli yang kerap kali memberikan pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam memberikan definisi atau pengertian dari materi materi dalam bidang keilmuan tersebut. Begitu juga dalam memberikan definisi bimbingan dan konseling, ada banyak ahli yang memberikan definisi yang berbeda beda untuk keilmuan tersebut. Inilah definisi tentang bimbingan dan konselling menurut para ahli.
Bimbingan dan Konseling (BK) terdiri dari dua kata yaitu bimbingan dan konselling. Agar lebih mudah dalam memberikan kesimpulan definisi bimbingan dan konseling kita ikuti terlebih dahulu pendapat para pakar satu persatu.
Frank Parson (1951) mengartikan bimbingan yaitu berupa bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
Chiskolm berpendapat bahwa bimbingan ialah membantu individu uuntuk lebih mengenal informasi tentang dirinya sendiri.
Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi pribadi setiap individu.
Mathewson (1969) mengartikan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.
Prayitno dan Erman Amti (2004) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.
Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
I. Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan masalah yang dihadapinya.
Kalau kita amati pendapat para ahli tentang bimbingan sepertinya para ahli diatas kebanyakan sepakat bahwa secara umum bimbingan mempunyai arti bantuan. Namun jika kita mau menyimpulkan pendapat para ahli tersebut dengan pengertian yang lebih luas, maka kurang lebih kesimpulannya adalah bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Setelah kita menyimpulkan definisi bimbingan dari beberapa ahli, sekarang kita juga akan mempelajari definisi konseling. Marilah kembali kita simak pendapat para ahli!. Menurut Prayitno dan Erman Amti(2004) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratsinya masalah yang dihadapi oleh individu tersebut.
Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan konseli guna mengatasi masalah yang dihadapi konseli.
Setelah menguraikan beberapa definisi tentang bimbingan dan konseleing, maka sekarang kita bisa menyimpulkan definisi Bimbingan dan Konseling (BK) yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada konseli dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Sumber gambar: hellgate.k12.mt.us
Refrensi tulisan: Salahuddin, Anas Drs, Bimbingan & Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)

proposal kecemasan kualitatif


A.  LATAR BELAKANG MASALAH
            Di dalam era globalisasi dan informasi pasti akan membawa perubahan tersendiri bagi setiap individu, masyarakat, maupun di suatu institusi-institusi tertentu dan dalam setiap tatanan kehidupan manusia. Akibatnya ialah semakin banyaknya individu, anak-anak, remaja, peserta didik di sekolah, serta warga masyarakat yang lainnya akan dihimpit oleh berbagai tantangan, ketidakpastian dan terhempas dari berbagai harapan serta keinginan yang tak dapat terpenuhi.
Selama masa Orde Baru, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan pendidikan dengan hasil yang cukup banyak. Gedung-gedung, ruangan belajar, sarana prasarana untuk penyelenggaraan pendidikan dari jenjang sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi telah dikembangkan dalam jumlah yang cukup besar. Upaya pembangunan pendidikan dengan sasaran pemerataan pendidikan sudah berjalan dengan sukses. Namun banyak lontaran yang mengatakan bahwa “apakah upaya peningkatan itu bersifat kualitas atau kuantitas saja”.  Kekhawatiran itu perlu mendapatkan perhatian lebih. Khususnya yang menyangkut permasalahan siswa. Permasalahan yang dialami oleh siswa atau mahasiswa sering kali tidak dapat dihindari, meski pengajaran yang diberikan oleh guru maupun dosen sudah yang baik sekalipun. Hal ini banyak disebabkan karena sumber–sumber permasalahan banyak disebabkan dari luar sekolah atau di luar perkuliahan. Dalam kaitan itu, maka permasalahan yang dihadapi oleh siswa atau mahasiswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Melihat semua permasalahan tersebut, maka dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pembelajaran.
Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, dan menjadi salah satu komponen dari pendidikan kita.
Mengingat bahwa pengertian bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka untuk meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu.
Kepribadian menyangkut masalah perilaku dan sikap mental seorang individu. Sedangkan kemampuan pada seseorang, meliputi masalah akademik dan keterampilan yang dimiliki oleh individu. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang itu berbeda dan merupakan suatu gambaran mutu dari orang yang bersangkutan.[1]  Setiap individu mempunyai kepribadian dan kemampuan yang berbeda-beda.
Bimbingan dan konseling sendiri lebih menekankan pada layanan pemberian informasi dengan cara menyajikan pengetahuan dan wawasan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberikan sesuatu dengan memberikan suatu nasihat, mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan tertentu dan memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh seseorang. Tujuan tersebut mungkin hanya diketahui oleh kedua belah pihak saja dan lebih mengarah pada bimbingan dan penasehatan kepada konseli, jadi pembimbing (konselor) lebih bersifat aktif dan konseli bersifat pasif.[2]
Sedangkan dunia pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai tindakan sosial yang mungkin berlaku melalui suatu jaringan hubungan-hubungan kemanusiaan yang mampu menentukan watak pendidikan dalam suatu masyarakat melalui peranan-peranan individu di dalamnya, yang diterapkan dalam proses pembelajaran.[3]
Pendidikan merupakan alat atau sarana yang menentukan sampai di mana kemampuan tersebut dapat dicapai. Dalam konteks lebih luas bahwa pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi yang utama, dapat hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi warga Negara yang baik, karena setiap perbuatan manusia mengandung tujuan.[4]
Didalam dunia pendidikan juga diajarkan banyak pelajaran, baik pelajaran yang bersifat umum, maupun pelajaran yang bersifat keagamaan. Bagi mereka yang bersekolah di sekolah agama, misal MI, MTS, MAN maupun di Pondok Pesantren, pasti mereka tidak asing lagi dengan pelajaran yang berbau agama. Namun hal itu menjadi terbalik, jika dibandingkan dengan mereka yang bersekolah di sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA, atau SMK, mereka hanya dikenalkan dasar-dasar agama islam saja, dan tidak terlalu menjurus ke pelajaran lain yang lebih banyak mengandung unsur agamanya, seperti Fiqh, Hadis, Tafsir, Bahasa Arab, dll.
Namun tak menutup kemungkinan juga mereka yang bersekolah di sekolah umum, akan melanjutkan pendidikannya di jalur umum terus, pasti di antara mereka juga akan ada yang melanjutkan pendidikannya di sekolah yang mayoritas pelajarannya banyak agamanya. Seperti contoh mereka yang dulunya sekolah di sekolah umum, akan melanjutkan pendidikannya ke IAIN misalnya. Dengan keadaan yang seperti itu, pasti banyak menimbulkan keresahan dan kecemasan bagi mereka yang dulunya sekolah di sekolah umum, lalu melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang berbasis agama. Tentu di antara mereka akan merasa was-was, cemas dan takut dengan semua pelajaran yang belum mereka terima di sekolah umum. Dan semua pelajaran itu menjadi asing bagi mereka yang dulunya sekolah di sekolah umum.
Semua itu bisa terjadi mungkin karena tuntutan dari orang tua, yang ingin anaknya bisa memperoleh ilmu agama lebih dalam lagi. Tanpa berpikir panjang, si anak lalu mengiyakan permintaan orang tuanya tersebut. Atau bagi mereka yang gagal masuk ke perguruan tinggi umum misalnya, otomatis mereka akan lari ke perguruan tinggi agama. Namun setelah mereka diterima di perguruan tinggi agama, mereka kaget dan merasa asing dengan semua mata kuliah yang banyak mengandung unsur agama. Maka dari itu tak heran jika ada di antara mereka yang merasa was-was, cemas dan ketakutan jika mengikuti pelajaran tersebut. Apalagi jika dosen yang mengajar termasuk dosen yang killer. Otomatis kecemasan dan ketakutan mereka akan bertambah.
Kecemasan termasuk salah satu bentuk dari gangguan mental. Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu.[5] Cemas merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan sangat berat bagi seseorang untuk memikulnya. Oleh karena itu, ia berusaha sekuat mungkin untuk bisa melepaskan diri dari kecemasan itu dengan berbagai cara dan jalan yang mereka lakukan.
Kecemasan merupakan inti dari semua kesukaran kejiwaan yang diderita oleh manusia, yang kemudian mendorongnya kepada situasi yang menyulitkan dan menyebabkannya bertingkah laku dengan cara yang tidak wajar dan membuat kaget orang lain. Cara yang sangat wajar untuk menghindari rasa cemas dan tidak senang adalah dengan jalan menghilangkan sumber penyebabnya.[6]
Kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti dengan perasaan gelisah, khawatir, bingung, tangan atau tubuh menjadi bergetar, keringat dingin bercucuran dan takut.
Konsep psikodinamik menurut Freud juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama.
Kecemasan juga merupakan aspek subjektif dari perasaan yang dialami oleh seseorang karena semua itu melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan tersebut.[7]
Kecemasan sebagai dampak dan konflik dari bagian kehidupan manusia yang tak bisa terhindarkan, serta dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang paling utama. Kecemasan berasal dari proses fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Fenomena yang ada di lapangan adalah IAIN telah membuka pendaftaran mahasiswa baru, namun tidak hanya bagi mereka yang lulusan Pondok Pesantren atau sekolah yang berbasis agama saja, namun juga terbuka untuk umum, seperti mereka yang lulusan dari sekolah umum, juga bisa kuliah di Institut Agama ini. Jadi tak menutup kemungkinan mereka yang lulusan dari sekolah umum juga ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi agama.  Nah maka dari itu, sekarang mahasiswa IAIN juga banyak yang lulusan dari sekolah umum. Namun, mereka sering kali merasakan kecemasan, karena sebagian besar mata kuliah disini banyak yang berbau agama, misal Ilmu Fiqh, Hadis, Tafsir, Ilmu Kalam, Bahasa Arab terutama, dll. Otomatis mereka merasa asing dengan semua mata kuliah tersebut. Jadi banyak diantara mahasiswa lulusan dari sekolah umum, yang berusaha untuk bisa mempelajari semuanya itu, meskipun mereka belum mengerti sebelumnya.
Peneliti juga menemukan salah seorang mahasiswa dari jurusan Sosiologi Semester III yang lulusan dari sekolah umum, meskipun dia kuliah di IAIN atas inisiatifnya sendiri, tapi dia juga banyak menemukan kesulitan ketika mulai memasuki perkuliahan, bahkan dia sempat merasa ketakutan dengan semua mata kuliah yang akan dia hadapi nantinya. Dia sering cemas apabila ada mata kuliah yang tidak dimengerti. Terutama Mata Kuliah Bahasa Arab. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pada mahasiswa lain yang lulusan dari sekolah umum.
Melihat fenomena yang ada, maka peneliti ingin meneliti tentang, BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP KECEMASAN PADA MAHASISWA  LULUSAN DARI SEKOLAH UMUM DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN BAHASA ARAB (Studi Kasus Pada Tiga Mahasiswa Dari Tiga Program Studi Di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya)
B.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang tema diatas, maka peneliti akan memfokuskan permasalahan ke dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Apa saja gejala-gejala kecemasan pada mahasiswa lulusan dari sekolah umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab?
2.    Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan pada mahasiswa lulusan dari Sekolah Umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab Dari Tiga Program Studi Di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya?
3.    Bagaimana hasil dari Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan pada mahasiswa lulusan dari Sekolah Umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab Dari Tiga Program Studi Di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya?
C.  TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui gejala-gejala kecemasan pada mahasiswa lulusan dari Sekolah Umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab.
2.    Untuk mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan pada mahasiswa lulusan dari Sekolah Umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab Di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
3.    Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan pada mahasiswa lulusan dari Sekolah Umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab Di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
D.  MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dalam penelitian skripsi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini mengkaji tentang Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan teori dalam bidang Bimbingan Konseling Islam.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Pihak Institusi
1)   Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan bagi pihak institut untuk membantu mahasiswanya dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecemasan mahasiswa lulusan dari sekolah umum yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi islam.
2)   Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk mewujudkan visi dan misi dalam Bimbingan dan Konseling Islam.
b.   Bagi Peneliti Selanjutnya
1)   Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
2)   Dijadikan sebagai bahan untuk menerapkan pengalaman, wawasan, pelajaran dan pengetahuan yang telah diperoleh selama di bangku kuliah.
E.  DEFINISI KONSEP
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam hal pengertian, istilah, isi, maksud dan tujuan pada penelitian skripsi ini, maka penulis akan memaparkan kata atau konsep kunci dari judul skripsi ini. Di samping itu juga sebagai penjelas agar mudah di pahami, agar tidak terjadi kesenjangan antara judul dengan pembahasan dalam skripsi ini.
Konsep merupakan unsur dari suatu penelitian. Konsep merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada. Dengan demikian konsep dalam penelitian harus ditentukan batasan permasalahannya dan ruang lingkupnya dengan harapan permasalahannya tersebut tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemahaman dan maksud.
1.    Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memberikan bantuan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depannya.[8]
Sedangkan menurut Hamdani Bakran Adz Dzaky, bimbingan konseling islam adalah suatu aktivitas dalam memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.[9]
2.    Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu.[10]  Yang dimaksud cemas di sini adalah keadaan jiwa yang tidak tenang yang menyebabkan seseorang menderita gangguan mental, sehingga dapat menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang tidak rasional.
Kecemasan merupakan suatu hal normal yang sering terjadi pada setiap individu, semua itu terjadi akibat dari reaksi umum terhadap stres yang terkadang disertai dengan munculnya kecemasan. Akan tetapi, kecemasan dapat dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam dan mengatasi rasa cemas tersebut dalam situasi tertentu.
3.    Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan mata kuliah yang ada di IAIN Sunan Ampel yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Sebelum diterima menjadi mahasiwa IAIN Sunan Ampel, terlebih dahulu calon mahasiswa juga harus mengikuti test masuk perguruan tinggi islam ini, dan salah satu materi yang diujikan adalah bahasa Arab.
Berdasarkan uraian definisi konsep di atas, maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah mengkaji tentang kecemasan pada mahasiswa lulusan dari sekolah umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab dan bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam terhadap kecemasan yang dihadapi oleh mahasiswa lulusan dari sekolah umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab.
F.     METODE PENELITIAN
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif” menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelit ialah studi kasus, yaitu penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Lebih lanjut, studi kasus dapat dipahami sebagai penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau orang tertentu. Jadi dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan kecemasan pada mahasiswa lulusan dari sekolah umum di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab.
2.      Subjek Penelitian
Fokus dalam penelitian dapat berupa orang, kelompok, perorangan, pola hubungan atau interaksi, sebuah organisasi,dll. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Accidental sampling. Dalam Accidental sampling, kelompok subyek yang kebetulan sering dijumpai di tempat-tempat tertentu. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Dari Tiga Program Studi yang ada di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Jadi subyek penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dari lulusan sekolah umum yang mengalami kecemasan saat mengikuti perkuliahan Bahasa Arab. Disini Peneliti memilih tiga mahasiswa yang berasal dari Tiga Program Studi yang ada di Fakultas Dakwah, yakni Program Studi Sosiologi, Program Studi Psikologi dan Program Studi Komunikasi. Alasan peneliti memilih Program Studi dalam penelitian ini karena mahasiswa di Program Studi tersebut rata-rata banyak yang dari sekolah umum.
3.      Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi dua, yaitu :
a.       Data primer : Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, dalam hal ini yaitu konseli sendiri.
b.      Data sekunder: Yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya artinya melewati satu atau atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Dalam hal ini yaitu teman-teman konseli.[11]
4.      Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada hal-hal sebagai berikut:
a.       Latar belakang pendidikan subyek.
b.      Kehidupan sosial subyek.
c.       Alasan subyek melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Islam.
d.      Sikap subyek dalam menghadapi kecemasan saat mengikuti perkuliahan Bahasa Arab.
5.      Tahap-Tahap Penelitian
Tahap ini terdiri pula atas tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan,
dan tahap analisis data.
a.       Tahap pra-lapangan
Pada tahap ini peneliti akan terlebih dahulu melakukan beberapa tahap kegiatan diantaranya adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus surat-surat perijinan, menjajaki dan menilai lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan yang mungkin akan diperlukan untuk menunjang hasil atau data dari penelitian ini, menyiapkan perlengkapan yang nantinya dibutuhkan dalam penelitian, memahami etika dan aturan-aturan yang harus ditaati pada saat melakukan penelitian.
b.      Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap memahami latar penelitian dan persiapan diri, antara lain adalah pembatasan latar dan peneliti, penampilan peneliti pada saat di lapangan, pengenalan hubungan peneliti di lapangan, jumlah waktu studi yang diperlukan untuk melakukan penelitian tersebut.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap memasuki lapangan adalah sebagai berikut: keakraban hubungan antara subyek dengan peneliti dan dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini, dan mencatat hasil penggalian data.
c.       Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah data ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusunnya, kemudian dikategorikan sambil melakukan coding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan penafsiran data dengan menggunakan metode tertentu.
6.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
a.       Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses dalam memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). [12]
Proses wawancara ini dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek relevan tersebut telah ditanyakan atau dibahas.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan ketiga mahasiswa lulusan sekolah umum dari 3 Program Studi Yang ada di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang mengalami kecemasan dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab.
b.      Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks serta tersusun dari proses biologis dan psikilogis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan dari peneliti. Cara tersebut digunakan untuk memperoleh data kualitatif yang berupa keadaan konseli dalam bersosialisasi dari situ kita dapat mengetahui penyebab pola pikir konseli, serta untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan Konseling Islam yang harus dilakukan dalam mengarahkan konseli untuk berpikir positif terhadap kecemasan yang dialaminya.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda gambaran, dll.
Data yang diperoleh melalui metode ini adalah data berupa gambaran umum mengenai lokasi penelitian.

TABEL 1
Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
No.
Jenis Data
Sumber Data
TPD
1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Informan + Dokumentasi
D + W + O
2.
Deskripsi Latar Belakang Konselor, Klien dan Masalah
Klien + Konselor + Informan
W + O
3.
Bentuk-bentuk Keadaan Klien
Klien + Konselor + Informan
W + O
4.
Proses Konseling
Konseli + Konselor
W

Keterangan :
D            : Dokumentasi
O            : Observasi
W           : Wawancara
TPD       : Teknik Pengumpulan Data
7.      Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif  menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.[13]
Didalam pelaksanaan penelitian setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis deangan analisis deskriptif untuk memberikan gambaran keadaan klien sebelum proses konseling dilaksanakan yaitu bentuk gejala dan faktor penyebab kecemasan pada mahasiswa lulusan sekolah umum dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Arab. Dan sesudah proses konseling yaitu memberikan gambaran mengenai hasil dari proses pelaksanaan konseling yang sudah dilakukan.
8.      Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data mempakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif  untuk mendapatkan validitas data. Teknik keabsahan data ini didasarkan pada kriteria dasar kepercayaan (kredibilitas ), yaitu :
a.       Perpanjangan keikutsertaan
Menurut Lexy J. Moleong bahwa keikutsertaan peneliti dalam penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi dibutuhkan perpanj angan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat keapercayaan data yang dikumpulkan.
b.      Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan ini diharapkan sebagai upaya untuk memahami pola pikir dan perilaku, situasi, kondisi dan proses tertentu sebagai pokok penelitian. Hal tersebut berarti penulis secara mendalam serta tekun dalam mengamati berbagai faktor dan aktifitas tetentu.
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara terperinci.
c.       Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, penulis melakukan triangulasi dengan menggunakan perbandingan sumber dari perbandingan teori dengan sumber. Trianggulasi dibedakan atas empat macam yakni:
1)   Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.
2)   Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
3)   Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
4)   Trianggulasi teoretis (theoretical triangulation), Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Adapun trianggulasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode.
Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Peneliti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi, disamping itu juga membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Pada metode ini cara memperoleh triangulasi meliputi :
1)   Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2)   Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3)   Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4)   Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat orang lain.
5)   Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[14]
          Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.
9.      SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah memahami dan mempelajari apa yang ada dalam penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dapat di bagi dalam beberapa bab.
                                                         BAB I      : PENDAHULUAN
Pendahuluan adalah bab pertama dalam skripsi untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam pendahuluan ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, definisi konsep, sistematika pembahasan.
BAB II     : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kajian teoritik ini memuat tentang kajian pustaka, kajian teoritik, serta
penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III   : PENYAJIAN DATA
Didalamnya berupa deskripsi umum objek penelitian, dan deskripsi hasil penelitian
BAB IV   : ANALISIS DATA
Didalamnya meliputi setting penelitian yang menjelaskan tentang deskripsi lokasi penelitian, deskripsi konseli dan deskripsi konselor. Penyajian data meliputi ciri-ciri kecemasan, faktor-faktor penyebab kecemasan, proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dan hasil pelaksanaan bimbingan konseling Islam.
BAB V     : PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang berisi simpulan dan saran yang berupa rekomendasi untuk pihak sekolah sebagai tempat pelaksanaan penelitian dan juga saran untuk pembaca hasil penulisan penelitian ini yang akan menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.





10.  JADWAL PENELITIAN
BULAN
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JANUARI
KEGIATAN/
MINGGU
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Pengajuan Matrik Judul Skripsi
Revisi Matrik
Penyusunan Proposal




 √









Revisi Proposal
Seminar Proposal












Interview/
Tanya jawab







√ 






Observasi









Pengumpulan Data









Analisis data












Penulisan Laporan












Perbaikan/
Revisi

















PEDOMAN WAWANCARA
Informasi
Data Yang Diperoleh
Pedoman Wawancara
Klien






































Teman Kelas Klien

Identitas Klien




Latar Belakang Keluarga Klien





Riwayat Pendidikan Klien









Kehidupan Sosial Klien



Masalah yang dihadapi klien











Kondisi Klien
1.    Siapa nama klien?
2.    Berapa Usia klien?
3.    Mahasiswa Program Studi apa?

4.    Klien anak ke berapa?
5.    Berapa jumlah saudara klien?
6.    Bagaimana latar belakang keluarga klien?

7.    Mulai dari SD sampai SMA sekolah dimana saja, sekolah umum apa sekolah agama?
8.    Alasan mengapa memilih IAIN untuk melanjutkan pendidikannya?
9.    Alasan mengapa memilih Program Studi ......... ?

10.            Bagaimana hubungan klien dengan teman-temannya?

11.            Apakah anda menguasai Bahasa Arab?
12.            Jika besok ada waktunya perkuliahan Bahasa Arab, apakah sangat gelisah?
13.            Apakah anda takut duduk di bangku depan?
14.            Apakah jantung anda berdegub kencang saat perkuliahan bahasa Berlangsung?
15.            Bagaimana anda menyikapi masalah anda tersebut selama ini?
16.            Bagaimana kondisi klien saat mengikuti perkuliahan Bahasa Arab?

DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Barja, Psikologi Konseling dan teknik Konseling Ssebagai Cara Menyelesaikan Masalah psikologis, pribadi, orang lain dan Kelompok Jakarta: Studia Press, 2004,
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi Konseling Islam. Cet 1. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhinneka Cipta.
Bugin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Cet IV. Jakarta: Kencana.
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia.  2002
Fahmi, Mustafa. 1977.  Kesehatan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang.
 Gunarsa, Singgih D., 2000. Konseling dan Psikoterapi. (Jakarta: BPK Gunung Musa)
Gunarsa, Singgih D. Psikologi anak bermasalah. Jakarta: PT.BPK GUNUNG MULIA, 1995
J. Moleog, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005
Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Kasiran, Muhammad. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Ketut Sukardi, Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan  Konseling di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, cet.5 . Jakarta: PT.Pustaka Al-Husna Baru, 2003,
Latipun. 2005.  Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press
M. Arifin. 2007. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Muhid, Abdul. 2010. Analisis Statistik SPSS For Windows. Surabaya: CV. Duta Aksara.
Narbuko, Cholid dan H. Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian.
Nasution. 2004. Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Rinneka Cipta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.1998.
Tim Penyusun Jurusan BKI. 2011. Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Islam. Surabaya: Tim Penyusun Jurusan BKI.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:  Andi Offset.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Winkel, W.S. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.1989
Yusuf Syamsu, L.N, dkk. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2008
Rujukan Dari Internet :




[1]Dewa Ketut Sukardi.  Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Jakarta: PT Rineka Cipta ,2002). Hal 1-2
[2]Abu Bakar Barja, Psikologi Konseling dan teknik Konseling Sebagai Cara Menyelesaikan Masalah psikologis, pribadi, orang lain dan Kelompok (Jakarta: Studia Press, 2004), hal.1
[3] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, cet.5 (Jakarta: PT.Pustaka Al-Husna Baru, 2003), hal. 16.
[4] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), hal.15
[5] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 1999), hal 17
[6] Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal 41
[7] http://www.psikologizone.com/definisi-kecemasan-apa-itu-kecemasan/
[8]M. Arifin. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hal. 25.
[9] Hamdani Bakran Adz Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam, Cet. I (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal. 129-137
[10] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, hal. 17
[11] Marzuki, Metodologi Riset, ( Yogyakarta : PT. Hanindita, 1995 ), hal. 55-56
[12] Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999 ), hal. 234
[13] Lexy J. Moleong, Metode Penetian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),hal. 248
[14] Lexy J. Moleong, Metode Penetian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 177-178.