NAMA : RIANITA SOEFIYANAWATI
NIM : B03208013
KONSENTRASI : KELUARGA
MATRIK
USULAN JUDUL SKRIPSI
A. Latar Belakang
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan
manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan
wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih
berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Dan komunikasi dalam
keluargalah yang dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak
yang berkomunikasi.
Komunikasi yang terjadi antara anggota yang satu dengan
yang lain berbeda, tergantung pada kepekaan tiap-tiap keluarga dan hubungan diantara
anggota keluarga tersebut. Kualitas komunikasi mempunyai peran yang sangat
penting dalam pengembangan hubungan interpersonal yang positif di antara
anggota keluarga. Dengan kata lain, komunikasi dalam keluarga akan berjalan
baik apabila didukung oleh hubungan baik diantara anggota keluarga tersebut.
Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak, apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.[1]
Komunikasi merupakan faktor
penting dalam interaksi, karena komunikasi menyebabkan adanya saling pengertian
antar orang yang berkomunikasi. Kalau di dalam komunikasi mampu menumbuhkan
saling pengertian maka relasi itu akan sangat produktif dan efektif.
Secara etimologis, istilah
komunikasi dalam Kamus Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris ditemukan kata “communication”, yang berarti hubungan, penyebaran, alat komunikasi, pesan, pemberitahuan,
pengumuman, pengabaran, dan pembicaraan.[2] Sedangkan dalam kamus Bahasa
Indonesia, kata “ Komunikasi ” berarti sebuah hubungan, kontak, kabar,
pengumuman, dan pemberitahuan.[3]
Komunikasi
yang efektif apabila orang yang mengungkapkan keprihatinan dan problem mengetahui bahwa
pendengarnya bisa memahami pesan yang sedang
disampaikan atau tidak. Dalam kasus orang tua yang
menilai bahwa anak-anak mereka mempunyai problem khusus tersendiri, orang tua
akan sangat terbentuk untuk berkomunikasi dengan anak yang sudah diakui dan
dipahami perasaannya.[4]
“Terkadang orang tua berbicara
dengan anaknya seolah berbicara dengan sebuah bangku ataupun seringkali orang
tua tidak perlu mengendalikan cara mereka berbicara dengan anak-anaknya, hanya
bersikap santai bahkan memberikan perintah, pertanyaan atau petuah…sepatah kata
yang diucapkan oleh orang tua juga terkadang melukai perasaan seorang anak atau
menjatuhkan harga dirinya atau anak tiba-tiba melakukan sesuatu yang menjadikan
orang tua bermasalah. Selain itu, terkadang orang tua dapat menghukum
anak-anaknya atas perilaku tertentu yang sangat tidak dapat diterima oleh orang tua”.
Komunikasi antara orang tua dengan anaknya pada dasarnya harus terbuka. Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari
kesalahpahaman. Dalam batas-batas tertentu
sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan
anak-anak, yaitu apabila anak-anak telah dapat berpikir secara baik, anak telah
dapat mempertimbangkan secara baik mengenai hal-hal yang dihadapinya. Dengan
demikian akan menimbulkan saling pengertian di antara seluruh anggota keluarga,
dengan demikian akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota
keluarga.
Di samping keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga
sebaiknya merupakan komunikasi dua arah, yaitu saling memberi dan saling
menerima di antara anggota keluarga. Dengan komunikasi dua arah akan terdapat
umpan balik, sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi hidup,
komunikasi yang dinamis.[5] Dengan komunikasi dua arah,
masing-masing pihak akan aktif, dan masing-masing pihak akan dapat memberikan
pendapatnya mengenai masalah yang dikomunikasikan.
Dalam komunikasi akan lebih
efektif apabila tercapai saling pemahaman, yaitu pesan yang disampaikan dapat
diterima dan dipahami oleh penerima. Secara umum proses komunikasi
sekurang-kurangnya mengandung lima unsur yaitu pemberi, pesan, media, penerima,
dan umpan balik.
Masalah-masalah yang biasanya timbul di dalam kehidupan antar manusia sebenarnya berakar pada kesalahpahaman pengertian dan
adanya miskomunikasi diantara mereka
saja. Dan
ketika berkomunikasi seringkali terjadi kesalahan, baik dalam keluarga maupun
dalam kehidupan sosial.
Kesalahan-kesalahan dalam
komunikasi pada umumnya disebabkan tiga hal, yaitu:
1.
Terbatasnya perbendaharaan kata atau sistem simbol.
Seringkali apa yang kita pikirkan atau rasakan tidak dapat kita ungkapkan
dengan sempurna, karena tidak ada simbol atau kata yang
tepat. Hal ini masih dapat diatasi dengan mengulang atau memperbaiki kalimat
itu berulang-ulang, sampai si penerima mengerti betul maksud pengirim berita,
tetapi sering juga terjadi bahwa kesempatan untuk mengulang-ulang berita ini
tidak ada (misalnya dalam surat-menyurat) sehingga kesalahan komunikasi tetap
saja terjadi.
2.
Terbatasnya daya ingat akan hal-hal yang kita lihat, pikirkan atau rasakan, makin lama makin kabur
dalam ingatan kita. Karena itu kalau hal-hal itu baru akan dikomunikasikan
setelah lewat beberapa saat yang cukup lama dari saat terjadinya atau terpikirnya
atau terasanya hal tersebut, maka penggambaran kita sudah tidak sempurna lagi.
3.
Kurangnya waktu untuk bersama dan saling terbuka satu
sama lain, sehingga apa yang ada dalam pikiran seseorang tidak bisa diketahui
oleh orang lain secara baik, karena diantara mereka tidak waktu luang untuk
meyempatkan mengobrol bersama, sehingga terjadilah kesalahpahaman diantara
mereka.
Jadi dengan adanya komunikasi
yang baik, maka individu yang tadinya tidak tahu apa-apa, kemudian belajar
memahami nilai yang ada dalam kelompoknya dan lingkungannya.[6]
Sebagaimana kasus yang saya ambil
di SMK Farmasi Surabaya, didalam keluarga konseli juga jarang sekali adanya
komunikasi. Ayah konseli sudah tidak tinggal lagi dengan keluarga, ibu konseli
juga sering keluar rumah dan kalaupun pulang pasti larut malam, sementara kakak
konseli juga sempat terjerumus kedalam pergaulan bebas, dan adik konseli juga
sering bolos sekolah. Dengan keadaan yang seperti itu, maka tak dipungkiri juga
diantara keluarga mereka jarang adanya komunikasi dan kumpul bersama, sehingga
anak-anaknya juga menjadi korban dari semua itu, mereka menjadi kurang
perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tuanya. Dengan adanya bimbingan konseling
ini sekiranya dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi antara orang tua dan anak sehingga tidak ada
lagi kesalahpahaman atau miskomunikasi lagi diantara mereka, karena mereka
sudah bisa mengerti akan peran, tanggung jawab, dapat memahami perasaannya
masing-masing, dan saling terbuka satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan adanya miskomunikasi antara anak
dengan orang tua di SMK Farmasi Surabaya ?
2. Bagaimana proses konseling dengan menggunakan
pendekatan Analisis Transaksional dalam meningkatkan komunikasi antara anak
dengan orang tua di SMK Farmasi Surabaya ?
3. Bagaimana langkah-langkah konseling yang akan
diberikan kepada konseli terkait dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam
meningkatkan komunikasi antara anak dengan orang tua di SMK Farmasi Surabaya ?
4. Bagaimana hasil dari proses konseling yang telah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Transaksional dalam
meningkatkan komunikasi antara anak dengan orang tua di SMK Farmasi Surabaya ?
C. Judul Penelitian
Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Analisis
Transaksional dalam Meningkatkan Komunikasi Antara Anak dengan Orang Tua di SMK
Farmasi Surabaya.
D. Metode Penelitian
1.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
2.
Subjek
Penelitian
3.
Tahap-Tahap
Penelitian
4.
Jenis
dan Sumber Data
5.
Teknik
Pengumpulan Data
6.
Teknik
Analisis Data
7.
Teknik
Keabsahan Data
E. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dalam penelitian ini ada beberapa judul
penelitian yang saya jadikan relevansi. Antara
lain sebagai berikut :
1.
KOMUNIKASI INTRAPERSONAL TENTANG SEKS
BEBAS DI KALANGAN REMAJA DESA BANJAR KEMANTREN SIDOARJO
Oleh : Hajar Aisyah
NIM : B06207059
Prodi : Ilmu Komunikasi IAIN Sunan
Ampel Surabaya
Kata
Kunci : Komunikasi, Model
Persamaan dan Perbedaan
:
Penelitian diatas secara garis besar membahas persoalan komunikasi
intrapersonal tentang seks bebas di kalangan remaja desa Banjar Kemantren
Sidoarjo, dengan kata kunci komunikasi dan model. Yang bisa dijadikan relevansi
adalah komunikasi intrapersonal yang ada kaitannya dalam meningkatkan
komunikasi, akan tetapi perbedaannya adalah penelitian ini lebih mengarah pada pengalaman
pribadi dan faktor lingkungan dapat membentuk persepsi tentang seks bebas pada
remaja.
2.
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DENGAN PENGEMBANGAN KARIER
Oleh : Vina Silviana
NIM : B07207059
Prodi : Psikologi IAIN Sunan Ampel
Surabaya
Kata
Kunci : Komunikasi
Interpersonal, Pengembangan Karier
Persamaan dan Perbedaan
:
Penelitian diatas membahas persoalan hubungan antara komunikasi interpersonal
dengan pengembangan karier, dengan kata kunci komunikasi interpersonal dan
pengembangan karier. Yang bisa dijadikan relevansi adalah komunikasi
interpersonal yang ada kaitannya juga dalam meningkatkan komunikasi, akan
tetapi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini lebih mengarah pada semakin
tinggi komunikasi interpersonal yang dimiliki karyawan, maka akan semakin
tinggi pula tingkat pengembangan karir karyawan, dan sebaliknya
3.
GAYA KOMUNIKASI PENGHUNI PANTI ASUHAN
DENGAN MASYARAKAT GOGOR WIYUNG SURABAYA
Oleh : Zoeke Setiawan
NIM : B36207010
Prodi : Ilmu Komunikasi IAIN Sunan
Ampel Surabaya
Kata
Kunci : Komunikasi, Model
Persamaan dan Perbedaan
: Penelitian
ini membahas tentang gaya komunikasi penghuni panti asuhan Darul Musthofa dengan
masyarakat Gogor gg 5 Kec. Wiyung Surabaya. Dimana mengkaji gaya penyampaian
pesan ke masyarakat sekitarnya, dengan kata kunci komunikasi dan model. Yang
bisa dijadikan relevansi adalah gaya dalam berkomunikasi, akan tetapi
perbedaannya adalah penelitian ini lebih mengarah pada gaya penyampaian pesan
yang bermacam-macam pada penghuni panti asuhan tersebut, karena penghuni panti
itu ada yang dari Madura dan Jawa.
4.
BIMBINGAN KONSELING ISLAM DALAM
MENANGANI MISKOMUNIKASI ANTARA ANAK DAN ORANG TUA DI DESA JENANGGER
BATANG-BATANG SUMENEP
Oleh : Hosniya
NIM : B03206017
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam
IAIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci : Bimbingan Konseling Islam,
Miskomunikasi antara anak dan orang tua
Persamaan dan Perbedaan
: Penelitian
ini membahas tentang bimbingan konseling islam dalam menangani miskomunikasi
antara anak dan orang tua di Desa Jenangger Batang-Batang Sumenep, dengan kata
kunci bimbingan konseling islam dan miskomunikasi antara anak dan orang tua.
Yang bisa dijadikan relevansi. Akan tetapi perbedaannya adalah penelitian ini
lebih membahas pada dampak yang menyebabkan miskomunikasi dengan menggunakan
metode Eksperimen dan teknik Empty Chair dengan peran Top Down dan Under Down.
5.
PROSES KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM
BELAJAR MENTERJEMAHKAN AL-QUR’AN (Studi pada Pendidikan Guru Madrasah Diniyah
(PG.MADIN) Di Majelis Ta’lim An-Najiyah Semambung Wonoayu Sidoarjo )
Oleh : Shobibatus Sholikhah
NIM : B06206074
Prodi : Ilmu Komunikasi IAIN Sunan
Ampel Surabaya
Kata Kunci : Proses Komunikasi Intrapersonal,
Belajar, Menterjemahkan Al Qur’an
Persamaan dan Perbedaan
: Penelitian
ini membahas tentang proses Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses Belajar
Menterjemah Al-Qur’an (Studi Pada Pendidikan Guru Madrasah Diniayah (PG.MADIN)
di Majelis Ta’lim An-Najiyah Semambung Wonoayu Sidoarjo), dengan kata kunci
proses komunikasi intrapersonal, belajar dan menterjemahkan Al Qur’an. Yang
dapat dijadikan relevansi adalah proses komunikasi dalam meningkatkan
intensitas komunikasi. Akan tetapi perbedaannya adalah penelitian ini lebih mengarah
pada proses belajar menterjemahkan Al Qur’an dengan menggunakan teknik Gestalt.
6.
POLA KOMUNIKASI ANAK JALANAN (Studi
Etnografi Komunikasi Pada Lembaga Swadaya Masyarakat Arek Lintang Surabaya)
Oleh : Farhan Liddinillah
NIM : B06206039
Prodi : Ilmu Komunikasi IAIN
Sunan Ampel Surabaya
Kata
Kunci : Pola Komunikasi, Anak
Jalanan, Studi Etnografi Komunikasi
Persamaan dan Perbedaan
: Penelitian
ini membahas tentang pola komunikasi anak jalanan (Studi Etnografi Komunikasi
Pada Lembaga Swadaya Masyarakat Arek Lintang Surabaya), dengan kata kunci pola
komunikasi, anak jalanan dan studi etnografi komunikasi. Yang dapat dijadikan
relevansi adalah pola komunikasi dengan meningkatkan komunikasi. Akan tetapi
perbedaannya adalah penelitian ini lebih mengarah pada hubungan komunikasi anak
jalanan lebih cenderung menggunakan simbol-simbol verbal sebagai sandi, kode
atau isyarat ketika berkomunikasi dengan sesama anggota komunitas apabila ada
pembicaraan yang berkenaan dengan hal-hal penting atau sifatnya rahasia.
F.
Referensi
Terkait
Balson, Maurice. 1999. Becoming Better Parents: Menjadi Orang Tua
Yang Sukses. Jakarta: PT. Grasindo
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: PT. Refika Aditama
Manru S.P. Kamus 3 Milyar Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris. Penerbit:
Gali Ilmu
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konselinsg.
Jakarta : PT. Rinneka Cipta.
Puthot
Tunggal Handayani, dkk. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya:
Giri Utama
Suhendi, H. Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Walgito,
Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek.
Bandung: Alfabeta.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/peranan-komunikasi-dalam-keluarga-untuk-pembentukan-sikap-sosial-siswa/
G.
Daftar Isi
Judul Penelitian
Persetujuan Dosen Pembimbing
Pengesahan Tim Penguji
Motto
Persembahan
Pernyataan Otensitas Skripsi
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Definisi Konsep
F.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
2.
Sasaran dan Lokasi Penelitian
3.
Jenis dan Sumber Data
4.
Tahap-Tahap Penelitian
5.
Teknik Pengumpulan Data
6.
Teknik Analisis Data
7.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
G.
Sistematika Pembahasan
BAB II
: TINJAUAN TEORITIK
A.
Bimbingan Konseling Islam
1.
Definisi Bimbingan Konseling Islam
2.
Tujuan Bimbingan Konseling Islam
3.
Fungsi Bimbingan Konseling Islam
4.
Azaz-Azaz Bimbingan dan Konseling Islam
5.
Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Islam
6.
Unsur-Unsur Bimbingan Konseling Islam
B.
Pendekatan Analisis Transaksional
1.
Definisi
2.
Konsep Dasar Tentang Manusia
3.
Tujuan Konseling
4.
Fungsi dan Peran Terapis
5.
Proses Konseling
6.
Teknik Terapi atau Pendekatan Analisis
Transakisonal
C.
Komunikasi
1.
Definisi Komunikasi
2.
Proses Terjadinya Komunikasi
3.
Model-Model Komunikasi
4.
Macam-Macam Komunikasi
5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
6.
Faktor-Faktor yang Menghambat Komunikasi
7.
Kesalahan-Kesalahan Dalam Komunikasi
8.
Cara-Cara Komunikasi Efektif
D.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
BAB III : PENYAJIAN DATA
A.
Deskripsi Umum Objek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
2.
Deskripsi Konselor
3.
Deskripsi Konseli
4.
Deskripsi Masalah
B.
Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Data Tentang Faktor yang menyebabkan
Miskomunikasi antara Anak dengan Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
2.
Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam Meningkatkan
Komunikasi antara Anak dengan Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
3.
Deskripsi langkah-langkah konseling yang akan diberikan kepada konseli terkait dengan
pendekatan Analisis Transaksional dalam meningkatkan komunikasi antara anak
dengan orang tua di SMK Farmasi Surabaya.
4.
Deskripsi Hasil Proses Bimbingan Konseling
Islam dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam Meningkatkan
Komunikasi antara Anak dengan Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
BAB IV :
ANALISIS DATA
A.
Analisis Data Tentang Faktor yang menyebabkan
Miskomunikasi antara Anak dengan Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
B.
Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam Meningkatkan Komunikasi antara Anak dengan
Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
C.
Analisis langkah-langkah
konseling yang akan diberikan kepada konseli terkait dengan pendekatan Analisis
Transaksional dalam meningkatkan komunikasi antara anak dengan orang tua di SMK
Farmasi Surabaya.
D.
Analisis Hasil Proses Bimbingan Konseling
Islam dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam Meningkatkan Komunikasi antara Anak dengan
Orang Tua di SMK Farmasi Surabaya.
BAB V : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Surabaya, 19 Januari 2012
Ketua
Jurusan BKI Mahasiswa
Dra.
Ragwan Albaar, M.Fil.I Rianita
Soefiyanawati
NIP.19630303
199203 2 002 NIM.
B03208013
TABEL
MATRIK PENELITIAN
Nama : Rianita Soefiyanawati
NIM : B03208013
Judul : BIMBINGAN
KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM MENINGKATKAN
KOMUNIKASI ANTARA ANAK DAN ORANG TUA DI SMK FARMASI
No
|
Temuan Masalah
|
Metodologi
|
Tujuan Penelitian
|
Rancangan Penelitian
|
1
|
Tidak adanya komunikasi didalam keluarga konseli, sehingga konseli dan
kedua saudaranya menjadi kurang perhatian dan kurang kasih sayang dari kedua
orang tua.
|
Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif.
Sedangkan Analisa Data menggunakan Analisis Deskriptif, sehingga
dapat diperoleh data yang valid tentang terjadinya masalah miskomunikasi yang
didalam keluarga konseli.
Sedangkan untuk jenis penelitian
yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data, yaitu dengan
menggunakan observasi, dan wawancara
|
-
Analisis Deskriptif digunakan untuk menganalisa proses Bimbingan Konseling
Islam antara teori, teknik terapi dan
kenyataan dengan menggunakan pendekatan Analisis Transaksional
-
Sedangkan penelitian Studi Kasus digunakan untuk memberikan gambaran secara
mendetail mengenai latar belakang masalah di keluarga konseli, Pribadi
Konseli dan karakter-karakter anggota keluarganya yang kemudian dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
|
- Pendekatan yang digunakan adalah
Pendekatan Analisis
Transaksional yang berlandaskan
pada teori kepribadian yang menggunakan tiga pola perwakilan ego yang
terpisah, yaitu ego orang tua, ego orang dewasa dan ego anak. Konselor berfungsi sebagai Guru, pelatih dan narasumber yang menerapkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis
skenario, dan analisis permainan.
-Teknik yang
digunakan adalah :
1.Analisis
Struktural
2.Analisis
Transaksional
3.Kursi
Kosong
4.Permainan
Peran
5.Percontohan
Keluarga
6.Analisis
Skenario
a.
|
Surabaya, 19 Januari 2012
Mengetahui Laboratorium BKI
(Yusria Ningsih, S.Ag. M.Kes)
[3] Puthot Tunggal Handayani, dkk. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis.
( Surabaya: Giri Utama), hal 269
[4] Maurice
Balson. Becoming Better Parents: Menjadi
Orang Tua Yang Sukses. (Jakarta: PT. Grasindo, 1999), hal 218
[6] H.
Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu. Pengantar
Studi Sosiologi Keluarga. (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal 102
0 comments:
Post a Comment