1.
Makna remaja
Fase remaja merupakan
segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya
organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Menurut Konopka, masa
remaja meliputi 3 bagian, yaitu :
a. Remaja awal (12-15 tahun),
b. Remaja madya
(15-18 tahun), dan
c. Remaja akhir (19-22 tahun).
Sementara Salzman
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung
(dependence) terhadap orang tua kemandirian (independence), minat-minat
seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu
moral.
Remaja sebagai individu
sedang berada dalam proses berkembang atau menajdi (becoming), yaitu berkembang
ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja
memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan
tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menetukan arah
kehidupannya.
Dalam budaya Amerika,
periode remaja ini dipandang sebagai masaa “Strom dan Stress”, frustasi dan
penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta
dan perasaan alineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.
Perspektif
Psikologis
Teori-teori psikologi dan psiko-sosial
mengkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian psikologis dengan
kondisi-kondisi sosial yang memfasilitasinya (mempengaruhinya). Stres dan
krisis dipandang sebgaai elemen-elemen pokok dalam persepktif ini.
Tokoh yang mewakili perspektif kini
adalah Erick H. Erikson, yang mengatakan bahwa remaja bukan sebagai periode
konsolidasi kepribadian tetapi sebagai tahapan penting dalam siklus kehidupan.
Masa remaja berkaitan dengan perkembangan “sense of identity Vs role
confusion”, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Remaja selalu
dihadapkan pada siapakah dirinya yang sebenarnya, seperti apa masa depannya
nanti, dll.
Apabila remaja tersebut berhasil
memahami dirinya, peran-perannya, dan makna hidup, maka dia akan menemukan jati
dirinya dan memiliki kepribadian yang sehat, sebaliknya jika dia gagal, maka
dia akan mengalami kebingungan yang akan berdampak kurang baik bagi masa
remajanya.
Perspektif
Psikoanalisa
Anna freud, anak perempuan Freud,
merujuk periode remaja ini sebagai masa “internal disharmony”. Pada kondisi
menyebabkan masa remaja dipandang sebagai periode “strom dan stress”. Pada masa
ini, konsolidasi egonya terancam oleh orientasi genital baru yang dapat
menghidupkan kembali dorongan pregenital yang dikontrol oleh pertahanan ego
yang disebut “ represi”. Represi ini merupakan mekanisme pertahanan ego yang
menjaga atau memelihara kekuatan/dorongan insting dengan cara menyembunyikan
dari kesadarnnya atau pikirannya.
Selanjutnya Anna Freud mengemukakan
bahwa terdapat beberapa masalah pokok mekanisme pertahanan ego pada masa
remaja, yaitu sebagai berikut :
1.
Ego mencoba untuk
mengganti konflik oedipal dengan orang tua. Pertahanan ego mencoba meringankan kecemasan-kecemasan
yang berhubungan dengan dorongan regresi.
2.
Ego gagal menolak
desakan regresif dengan kembali kepada dorngan-dorongan (impuls) seksual
kekanak-kanakan.
Iklim lingkungan yang tidak sehat,
cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan
sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres atau
depresi. Dalam kondisi seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan
sikap dan perilaku yang kurang wajar bahkan amoral, seperti ikut kedalam
pergaulan bebas, tindakan kriminal, dll.
2.
5.
Dr. H. Syamsu yusuf LN, M.Pd. psikologi perkembangan anak dan
remaja. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2008, hal 184
0 comments:
Post a Comment